RadenKuncung Amarullah is on Facebook. Join Facebook to connect with Raden Kuncung Amarullah and others you may know. Facebook gives people the power to share and makes the world more open and Secarasignifikan Raden Kanduruan dihormati atas peran besar bagi perpolitikan Sumenep masa selanjutnya. _____ Disalin dan diangkat dari buku “Sejarah Tanah-Orang Madura”, Masa Awal Kedatangan Islam Hingga Invasi Mataram; penulis: Arafah Pramasto Sastrosubroto, S.Pd & Sapta Anugrah Ginting, S.Pd, penerbit Leotikaprio 2018, hal. 83-86 Sepertihalnya juga di Kampung Cicayur II, Desa Cicalengka, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten yang memiliki kebudayaan rutin saat bulan Muharram, yaitu ziarah atau Haul ke makam Raden Kuncung Amarullah. H Nanang Kurniawan menambahkan, di Kabupaten Tangerang terdapat banyak peninggalan para penyebar agama cash. - Amangkurat V atau Sunan Kuning atau Raden Mas Garendi merupakan cucu dari Amangkurat III di Mataram. Ia merupakan salah satu tokoh yang memberontak terhadap pemerintahan Pakubuwana II yang dekat dengan VOC. Amangkurat V disebut sebagai Sunan Kuning karena saat memberontak terhadap Pakubuwana II, ia memimpin pasukannya yang berasal dari etnis Mas Garendi sempat menjadi Sunan setelah diangkat oleh koalisi Jawa-Tionghoa pada tahun 1742 dan berakhir pada tahun 1743. Baca juga Hubungan antara Kerajaan Demak dengan Mataram Islam Siapa itu Sunan Kuning Sunan Kuning atau Amangkurat V memiliki nama asli Raden Mas Garendi yang lahir di Kartasura pada tahun merupakan putra bungsu dari Pangeran Tepasana atau cucu dari Amangkurat III. Semasa kecilnya, Raden Mas Garendi melihat pertikaian politik karena ayahnya, Pangeran Tepasana terbunuh. Setelah kematian ayahnya, Pangeran tepasana, Raden Mas Garendi dibawa lari meninggalkan Kartasura oleh pamannya yang bernama Wiromenggala. Raden Mas Garendi kemudian dibawa ke Grobogan dengan melewati Gunung Kemukus. Baca juga Situs Gunung Padang, Situs Megalitik Terbesar di Asia Tenggara Sampai di Grobogan, rombongan pelarian dari Kartasura kemudian bertemu dengan keluarga Tionghoa, Tan He Tik. TANGERANG, – Peringatan haul ulama besar Raden Kuncung Amarullah yang dikenal dengan sebutan “Ki Rabana” berlokasi di Kampung Cicayur II Desa Cicalengka, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang tidak hanya menjadi tradisi keagamaan, namun sekaligus memperkaya budaya Tangerang, Banten yang harus dilestarikan. Hal itu disampaikan H Nanang Kurniawan, selaku praktisi pendidikan yang kini mendedikasikan dirinya dalam melanjutkan perjuangan dunia pendidikan sebagai caleg DPRD Provinsi Banten dari PDI Perjuangan kepada pers usai acara Haulan Ki Rabana di Pagedangan, Minggu 30/9 malam. Menurut H Nanang, kegiatan Haulan digelar rutin setiap tahun. Peringatan tersebut biasanya dilaksanakan setiap kali datang bulan Muharram yang merupakan bulan suci bagi umat Islam, seluruh umat Islam mempunyai tradisi atau kebudayaan sendiri untuk memperingati bulan pertama dalam kalender Hijriyah ini. “Banyak keistimewaan keindahan di bulan Hijriyah ini, selain tahun baru Islam yang diperingati setiap tanggal 10 Muharram, dalam bahasa jawa juga biasa disebut hari assyuro yang juga diperingati sebagai hari raya anak yatim. Bahkan masih banyak kebiasaan umat Islam yang dilakukan di bulan Muharram, seperti mengadakan sunatan massal dan menyantuni anak yatim,” ujar Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPC PDI Perjuangan Kab Tangerang. Seperti halnya juga di Kampung Cicayur II, Desa Cicalengka, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten yang memiliki kebudayaan rutin saat bulan Muharram, yaitu ziarah atau Haul ke makam Raden Kuncung Amarullah. H Nanang Kurniawan menambahkan, di Kabupaten Tangerang terdapat banyak peninggalan para penyebar agama Islam dan ulama besar. Beberapa ada di Kecamatan Pagedangan. Oleh karena itu, Pemerintah dan masyarakat sangat perlu untuk merawat dan menghargai akan jasa yang telah mereka berikan ke pada masyarakat Tangerang khususnya dan masyarakat Indonesia pada unlmumnya. “Salah dari bentuknya dengan mengadakan acara haulan ini, tradisi dan budaya kita di Tangerang dan Banten ini juga sangat kaya dan perlu kita rawat dan jaga bersama-sama,” kata kandidat doktor ilmu politik Universitas Nasional Unas Jakarta ini. Sambut Bulan Muharram, Ribuan Orang Kunjungi Makan Raden Kuncung Amarullah Minggu, 08 September 2019 - 210155 WIB Ribuan pengunjug padati Makam Raden Kuncung Amarullah ist Banten- Setiap kali datang bulan Muharram yang merupakan bulan suci bagi umat Islam, seluruh umat Islam mempunyai tradisi atau kebudayaan sendiri untuk memperingati bulan pertama dalam kalender Hijriyah ini. Banyak keistimewaan keindahan di bulan Hijriyah ini, selain tahun baru Islam yang diperingati setiap tanggal 08 Muharram, dalam bahasa jawa juga biasa disebut hari assyuro yang juga diperingati sebagai hari raya anak yatim. Bahkan masih banyak kebiasaan umat Islam yang dilakukan di bulan Muharram, seperti mengadakan santunan anak yatim. Seperti juga halnya di Kampung Cokel Pasir Nangka, Desa Curugbitung, Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Dimana kampung ini memiliki kebudayaan rutin saat memasuki bulan Muharram, yaitu ziarah atau Haul ke makam Raden Kuncung Amarullah. Dimana, makam tersebut dipercayai sebagai ulama besar dan tokoh penting terbentuknya kampung cokel. Beliau di makamkan di makam keramat cokel dan biasa diperingati pada tanggal 08 sampai tanggal 16. Muharram. Idzhar salah seorang penziarah dari pondok pesantren Nurul Salam, Leuwiliang, Bogor mengaku, dirinya sudah sering datang kesini menjelang bulan Muharram datang Ia datang untuk memperingati haul wafatnya Raden Kuncung Amarullah yang diakui sebagai ulama besar. “Saya sudah sering datang kesini saat bulan Muharram, untuk berziarah ke makam keramat Raden Kuncung Amarullah , karena memang sudah tradisi,” ujar santri dari pondok pesantren Nurul Salam, Leuwiliang, Bogor ini, Minggu 08/09. Sementara itu, Umri warga setempat mengatakan, tradisi ini memang sudah turun menurun. “Mereka Penziarah-red datang dari berbagai daerah atau kota, seperti dari Bogor, Tangerang, Parungpanjang dan kota lainnya,” jelas umri. Kalau dilihat sebenarnya makam keramat ini bisa dijadikan objek wisata religi ziarah-red seperti di Banten, namun sangat disayangkan belum dikelola dengan baik,harapan asep kedepan nya pemerintah busa mebantu tempat yang lebih nya.** Tik Redaktur Toni Chaniago Komentar Anda

sejarah raden kuncung amarullah